Perayaan Ekaristi Kudus HUT ke-57 Yayasan Santo Markus, 4 Mei 2024. Rm. Yosephus Edi Mulyono SJ selaku Vikep Kategorial KAJ menjadi selebran utama bersama dengan koselebran Rm. Ignasius Swasono SJ selaku ketua Pembina YSM, Rm Bambang Ponco Santoso, SJ (pengarang Mars Santo Markus), dan Rm. Yohanes Harry Kristanto SJ.
Santo Markus Pengarang Injil adalah Pelindung Yayasan Santo Markus (YSM) dan sekolah-sekolah yang dibangun oleh Yayasan. Oleh karenanya Hari Ulang Tahun YSM bertepatan dengan Pesta Santo Markus, Pengarang Injil setiap tanggal 25 April. Namun, puncak perayaan ulang tahun Yayasan Santo Markus diselenggarakan pada tanggal 4 Mei 2024, sekaligus memperingati Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei setiap tahunnya. Perayaan Ekaristi diadakan di Gereja Santo Robertus Bellarminus, Cililitan, Jakarta Timur.
Dalam kothbahnya, Rm Edi menegaskan,
“Satu hal yang seringkali kita rayakan setiap tanggal 2 Mei adalah Hari Pendidikan Nasional dengan semboyan Ki Hajar Dewantara yaitu Tut Wuri Handayani. Secara lengkap, semboyan tersebut berbunyi: Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Kalimat yang diambil dari bahasa Jawa itu memiliki arti di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.”
Demikian uraian Rm. Edi.
Bagi Romo Edi yang lebih penting dari semboyan tersebut adalah Ing ngarsa sung tuladha. Seperti yang dikatakan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Redemtoris Missio (= Misi Penebusan), para murid sekarang lebih daripada yang dulu. Membutuhkan kesaksian, bukan sekedar pelajaran. Jika para murid mendengarkan para Guru, mereka pertama-tama karena melihat kesaksian, bukan sekedar pengajaran.
“Oleh karena itu, insan pendidikan sekolah Santo Markus tidak cukup hanya memberikan pelajaran, tetapi juga teladan. Memberikan kesaksian, menjadi orang-orang yang semakin bersaksi. Bersaksi akan kasih, bersaksi akan kepedulian kristiani. Penting sekali keteladanan tersebut,”
Demikian penegasan beliau.
Semua yang bekerja di sekolah Santo Markus, semua diutus dalam misi penebusan, misi keselamatan melalui pendidikan di sekolah Santo Markus. Dengan peran masing-masing, kita berkontribusi atas karya keselamatan Tuhan, kontribusi atas nama baik Gereja.
“Kami berharap bahwa para insan pendidikan Santo Markus terus membangun semangat, bangga sebagai insan pendidikan Santo Markus, sehingga dapat menghasilkan insan-insan, pribadi manusia Indonesia yang turut serta membangun negara ini lebih baik, membangun Gereja lebih baik, dan semakin inklusif, memelihara persaudaraan satu sama lain sebagai anak bangsa,”
demikian akhir uraian kothbah Rm. Edi.
Pedidikan Berdiferensiasi
Setelah perayaan ekaristi yang dihadiri oleh Guru, Karyawan sekolah Santo Markus dan para undangan, dilanjutkan dengan ramah tamah sambil menikmati hidangan yang telah disediakan oleh panitia.
Perayaan HUT Yayasan Santo Markus berfokus pada lokakarya bagi para tenaga pendidik. Lokakarya bertajuk, “Mengembangkan Pedidikan Diferensiasi dalam Spiritualitas Santo Markus” dengan dua narasumber yaitu Rm. Ignasius Swasono, SJ dan Bobby Budiarto, Sekretaris Eksekutif MPK-KAJ.
Sub tema pertama disampaikan oleh bapak Boby Budiarto tentang “Growth mindset.” Growth mindset sebagai pemikiran, pandangan yang terbuka dan terus berkembang dan memungkinkan manusia mengelola kecerdasannya. Kemampuan ini perlu ditambah dengan keterampilan, atau skill. Segalanya dimulai dengan mindset, tetapi mindset bukanlah segalanya. Mindset adalah cara kita melihat, memandang dunia dan orang. Mindset itu seperti kacamata kita.
Sub tema kedua disampaikan oleh Rm. Ignasius Swasono SJ. Rm. Swasono menghubungkan growth mindset dalam komunitas belajar Markusian. Komunitas belajar ini senantiasa mengembangkan spiritualitas Markusian. Dikatakan bahwa “Cara bertindak Markusian ini terbangun karena mindset. Jika kita bicara mengenai SINGA, sebagai bagian dari Santo Markus, maka kita perlu mengenal karakter Santo Markus.
Salah satu nilai dari SINGA itu yaitu:
- “Sigap.” “Sigap” (= aksara pertama dari istilah SINGA) itu orang yang mampu beradaptasi dengan situasi apa pun, seperti halnya Santo Markus,” demikian Rm Swasono pada awal paparannya mengenai spiritualitas Santo Markus.
- “Iman,” sebagai singkatan aksara “I” dalam istilah SINGA, itu berarti relasi bersama Tuhan. Santo Markus memiliki relasi di dalam dan dengan pribadi Yesus. Santo Markus yakin akan penyertaan Tuhan dalam setiap karyanya. Nurani, Santo Markus sangat menjaga nurani.
Dalam konteks
- “Nurani” (= aksara ketiga dari istilah SINGA), hal penting dalam dunia pembinaan yang meliputi; (1) intelektualitas akan membangun rasionalitas. (2) spiritualitas, semangat hidup. (3) moralitas, membangun adanya rasa tanggungjawab. Pembinaan selalu memiliki tiga hal tersebut yang ada dalam “nurani” Santo Markus.
- “Gembira” (= aksara keempat dari istilah SINGA) memberikan suasana bahagia bagi peserta didik sekolah di Santo Markus.
- “Aktif” (= aksara kelima dari istilah SINGA) menunjukan bagaimana kita tetap melatih dan membangun pikiran kita untuk tetap aktif serta produktif. Bagaimana menyampaikan pembelajaran sehingga mampu merangsang peserta didik untuk aktif.
Joko Supangkat selaku Ketua Pengurus YSM menyerahkan ucapan terima kasih kepada Boby Budiaro, Sekretaris Eksekutif MPK-KAJ.